Kerajaan
Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan
Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan
Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat. Kata Pakuan sendiri berasal dari kata
Pakuwuan yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan
menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa catatan menyebutkan
bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang
disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak.
Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang ada,
baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah
ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan
ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah
dari ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah
Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan
Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
Ø
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Ø
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Ø
Prasasti Kawali, Ciamis
Ø
Tugu Perjanjian Portugis (padraõ),
Kampung Tugu, Jakarta
Ø
Taman perburuan, yang sekarang menjadi
Kebun Raya Bogor.
Daftar Raja Pajajaran
ü
Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521),
bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
ü
Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di
Pakuan
ü
Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di
Pakuan
ü
Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di
Pakuan
ü
Ratu Nilakendra (1551-1567),
meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
ü
Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal
sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari Pandeglang.
Keruntuhan Kerajaan
Pajajaran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun
1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten.
Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman
Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan
di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu
diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak
mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus
kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga
Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan
bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang,
berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah
punggawa istana yang meninggalkan istana lalu menetap di daerah Lebak. Mereka
menerapkan tata cara kehidupan mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal
sebagai orang Baduy.
Sumber : http://kiansantang.com/
Akang urang Bogor?
BalasHapusNice share Kang,kayanya mesti kita perbanyak arsip sejarah ini,biar generasi penerus kita mengetahuinya,satu jempol untuk sharing ini,maksih ya Kang,happy blogging.
sanes kang
Hapussim kuring mah urang bandung mung linggih di sumatera, tp tetep ari manah mah masih keneh di bandung komo deui sadaya wargi2 masih keneh dibandung. matakna ngadamel blog khusus sadayana ttg sunda.
hatur nuhun kang raihan kangge jempolna sareung tos dongkap ka blog ieu......